My Photo
Name:
Location: Bandung, Indonesia

Monday, July 04, 2011

Hari ke-3

Hari ke-4 kemarin nggak sempat nulis apa-apa. Bahkan entri hari ke-3 saja baru bisa dipost sekarang ...



*****





“Pro-Profesor Sn-Snape?” gagap Neville. Mendadak ia merosot dan terduduk di sudut, tangannya masih memegang botol semprotan untuk menyiram tanaman.

“Ya,” sahut Hermione pasti, “—jadi Profesor Sprouts dipastikan tidak bisa mengawal kita nanti—“

“Tapi, itu kan hanya kecelakaan kecil, hanya luka kecil di kaki. Minggu depan, saat keberangkatan kita, pasti sudah sembuh. Lagipula, beliau nanti kan hanya mengawasi kita saja, yang ikut seminar kan kita. Biar sambil pake tongkat kan bisa—“

“Aku tidak tahu. Pesan dari Dumbledore begitu,” Hermione duduk di sebelah Neville. “Dan kau tahu? Beritanya belum selesai—“

Neville mengeluh. “Berita apalagi yang bisa lebih buruk dari ini?”

Hermione memandang sahabatnya itu. Pelan-pelan ia menyahut, “Profesor Snape ingin bertemu dengan kita dulu, dengan karya tulis kita, maksudku, nanti malam jam 20.00—“

Mengeluarkan cuitan persis seperti tikus terjepit, Neville mengeluh lagi. “Walau Harry mau meminjamkan Jubah Gaib-nya, kurasa tak akan banyak berguna nanti malam—“

Hermione menepuk-nepuk punggungnya. “Aku juga agak takut, Neville, tapi tetap harus kita hadapi—“

“Bisa tidak kau memutar jam hingga langsung besok pagi?”

“Dan kau tak tahu apa yang terjadi malamnya? Aku tak mau—“

Mengeluh lagi. “Setidaknya kita dipanggil berdua. Aku bisa mati berdiri kalau harus menghadap sendirian—“

Hermione menepuk-nepuk punggungnya lagi.

-o0o-

“Kalau kau bermaksud menulis karya ilmiah, tulislah dalam bahasa ilmiah—“ sahut Severus dingin.

Kalimat pertama yang ia ucapkan begitu kedua siswanya datang memenuhi panggilannya, pukul 19.55 tadi.

“Maksud Anda, kalimat-kalimat yang kami tulis belum memenuhi syarat?” Hermione langsung menanggapi. Sementara Neville membeku di belakang Hermione.

Tanpa banyak bicara, Severus memberi isyarat agar keduanya duduk. Membuka gulungan-gulungan perkamen yang diberikan Albus—kedua siswanya menarik napas panjang. Berarti mereka sebetulnya tak usah membawa lagi karya tulis, toh Profesor Snape sudah punya sudah membaca, dan sepertinya sudah menilainya—ia meletakkan kedua gulungan terbuka itu tepat di hadapan mereka masing-masing. Sudah dicorat-coret dengan tinta merah.

“Ceritakan padaku, apa yang kau ingin sampaikan pada publik nanti—“ sahutnya, menatap keduanya. Karena yang ditatap pertama kali adalah Hermione—lagipula Neville masih dalam proses pemulihan dari membeku-nya tadi—maka Hermione-lah dulu yang membuka mulut.

“Saya—saya ingin memaparkan pada publik, bahwa para peri-rumah itu juga punya hak dan kewajiban. Dan bahwa kita sebagai majikan, sudah seharusnya memenuhi semua hak mereka. Bukan hanya meminta mereka mengerjakan kewajiban mereka saja. Dengan demikian, mereka akan lebih gembira bekerja—“

“Kau tahu, apa yang membuat mereka gembira?” Severus memotong.

“Eh, ... bekerja?” Hermione ragu-ragu.

Severus menunjuk bagian awal tulisan Hermione. “Jangan memandang satu masalah hanya dari satu sudut pandang saja. Apalagi hanya sudut pandangmu sendiri. Apalagi kemudian menggeneralisirnya menjadi suatu sudut pandang umum—“

Hermione terdiam sejenak. “Apakah saya harus membuatnya menjadi dua sudut pandang?”

Kecil saja anggukan Severus. “Kita ingin ‘membuat mereka gembira bekerja’, tetapi menurut siapa? Jika kita memberi mereka lebih banyak cuti, memberi banyak libur, menurut sudut pandang kita, itu membahagiakan mereka, tetapi menurut mereka, itu adalah hukuman. Jadi, buat konsep ‘bahagia’ itu dari dua sudut pandang, tarik cara-cara apa yang mempunyai banyak kesamaan dari kedua sudut pandang, itulah jawaban dari masalah ini—“

Hermione tercenung. “Jadi seharusnya, saya membuat definisi ‘semangat bekerja’ dahulu dari kedua sudut pandang, sudut pandang manusia dan sudut pandang peri-rumah—“

Severus mengetuk sisi perkamen, tepat di tempat Hermione menuliskan ‘Pendahuluan’.

“—lalu menyimpulkan permasalahan, yaitu mencari kesamaan dari ‘semangat bekerja’ menurut kedua sudut pandang—“

Severus mengetuk lagi di tempat Hermione menuliskan ‘Identifikasi Masalah’.

“—menuliskan Hipotesis—“

Severus mengangguk.

“—menuliskan kemungkinan di mana saja bisa menemukan jawaban, riset ulang baik riset kepustakaan dan riset lapangan, dan menuliskan hasil akhirnya?”

Severus mengetuk akhir perkamen beberapa kali, dan perkamen Hermione itu berubah menjadi penuh catatan dengan tinta merah.

Hermione meraih perkamennya, dan membacanya seksama dari awal hingga akhir. “Aku tahu—aku tahu sekarang, mengapa seolah-olah ada sesuatu yang kurang di sini—“

Ia mengangkat kepalanya. “Terima kasih, Sir, saya akan segera memperbaikinya—“

Tanpa banyak bicara, Severus menggeser duduknya, menjadi tepat di depan Neville.


*****


Wordcount di MSWord: 647

Wordcount akumulasi di MSWord: 1585

Wordcount akumulasi di CamNaNoWriMo: 1590

0 Comments:

Post a Comment

<< Home