.::NaNoWrIndo::.

My Photo
Name:
Location: Bandung, Indonesia

Thursday, July 07, 2011

Hari ke-5 dan ke-6

Bukannya ngetik NaNoWriMo, malah ngetik Snapefic, nyehe~

-o0o-

HOGWARTS 221 B

Legilimens

Severus Snape, Albus Dumbledore, dan tokoh-tokoh lain yang akan muncul, adalah kepunyaan JK Rowling, kecuali disebut lain

Alternate Universe. Rate T. Pada dasarnya genre crime/suspense, walau mungkin akan ada bab-bab yang menonjolkan genre lain

Multichapter, neverending. Tiap bab tamat, dan bisa dibaca tersendiri. Merupakan versi mini dari proyek Snape Abuse yang sedang dikerjakan, antara lain oleh ambu, Psychochiatrist, aicchan, are[.]key[.]take[.]tour, dan beberapa author lainnya

Legilimency: It is the ability to extract feelings and memories from another persons mind

Only Muggles talk of "mind-reading". The mind is not a book, to be opened at will and examined at leisure. Thoughts are not etched on the inside of skulls, to be perused by any invader. The mind is a complex and many-layered thing, Potter - or at least, most minds are. … It is true, however, that those who have mastered Legilimency are able, under certain conditions, to delve into the minds of their victims and to interpret their findings correctly.[ Severus Snape dalam Harry Potter and the Order of the Phoenix]

Someone who practices Legilimency is known as a Legilimens.

This nonexistent word was created by joining forms of the Latin words Legens (reader) and Mens (mind) with "-mancy" (which means divination). [www.Wikipedia.org]

Mungkin ada yang pernah membaca fic yang mirip seperti ini, jawabannya, ya memang, fic ini ditulis ulang dari SACN-Stand Alone Cyber Novel berjudul Legilimency di forum Aestera. Fic-nya belum selesai, jadi diselesaikan di sini dengan perubahan.

-o0o-

Rabu, 13 Juli 2011, 23.37

Legilimens

Ia menghidupkan tombol 'power' pada komputernya. Setelah logo Window berlalu, wallpaper-nya yang suram berlatar gelap menampilkan sosok berjubah dan bertudung hitam tanpa wajah, muncul di layar monitor.

Di-klik-nya ikon modemnya, sejenak kemudian muncul layar baru. Sebelum halaman default 'Yahoo'-nya muncul, ia berubah pikiran. Diketiknya pada kolom address:

w w w [.] hogwarts-chronicles [.] net [/] forum

Sejenak kemudian tampilan layarnya berubah warna keemasan dengan panel bergambar sebuah kastil besar di kiri atas. Ia meng-klik link 'register' di kanan, menunggu hingga formnya muncul.

Username:

Sesaat jemarinya berhenti di atas keyboard sebelum mulai mengetik: Legilimens

Setelah mengetikkan alamat e-mail, ia menunggu sejenak hingga inbox-nya berisi kiriman password pertamanya, lalu ia meneruskan ke form 'Profile'. Selesai dengan 'Profile', ia masuk ke forum.

Beberapa saat ia membuka-buka topik-topik yang ada, membacanya sambil tersenyum-senyum sendiri. Kemudian mouse-nya digerakkan ke kanan atas. 'Memberlist'. Senyumnya bertambah lebar.

Matanya menelusuri nama-nama yang tercantum di sana, senyumnya berubah menjadi seringai licik melihat nama yang terpampang paling atas.

-o0o-

Harry Potter

Malam sudah melewati setengah bagiannya ketika Harry Potter menyelesaikan ketikannya. Sedari tadi entah sudah berapa halaman yang ia tuangkan ke dalam flashdisk-nya. Memang kalau Harry sedang punya ide, mesti cepat-cepat ditulis, kalau tidak ... bisa lupa ... Sayang kan, padahal ide-idenya selalu keren-keren.

Mulainya saat Hermione mengenalkannya pada sebuah forum, Forum Hogwarts Chronicles. Isinya macam-macam, biasalah tempat berkumpul anak muda dari segala penjuru dunia. Akan tetapi, satu sub-forumnya dikhususkan untuk menulis. Dari mulai puisi, fanfic, cerpen, sampai novel. Bahkan ada pula esai.

Entah bagaimana, seorang Harry yang awalnya tidak begitu suka menulis dan membaca, mulai menyukai sub-forum ini. Bahkan, setiap membaca satu karya orang, selalu muncul pikiran: ‘ah, aku juga pasti bisa membuat yang seperti ini—‘. Jadilah ia mulai menulis, pendek awalnya, lama-lama ia kecanduan. Rasanya tak bisa lagi ia melewatkan malam tanpa menulis—atau paling tidak mengedit tulisan terdahulu.

Harry menyambungkan laptopnya dengan internet. Sekali ... dua kali ... Harry mengeluh.

Biasa deh, kalau sambungan internet mulai lelet. Dipaksakan juga tak akan bisa. Mending tidur saja, dan mencoba lagi posting besok—

Jadi cerita ini mesti menunggu besok agar bisa di-post di Hogwarts Chronicles. Setelah menge-save, matanya menelusuri lagi kalimat-kalimat yang telah ia tulis. Oops, lupa mengetik judulnya! Maka di atas ia mengetikkan dengan huruf-huruf kapital: THE AURORS FROM DARKNESS.

Setelah itu baru Harry berangkat tidur.


-o0o-




Kamis, 14 Juli 2011, 12.32

Selesai mengerjakan tugas sepagian—ia sekarang banyak mengerjakan tugas administratif juga—kini tiba saatnya istirahat siang. Selesai makan siang yang dilakukannya cepat-cepat, Harry kembali ke mejanya. Membuka laptopnya lagi, ia langsung saja mengetikkan URL Hogwarts Chronicles. Segera saja warna keemasan memenuhi layar monitor. Gambar kastil muncul. Mouse digerakkan ke sebelah kanan 'View post since last visit'.

Beberapa belas baris judul topik memenuhi layar. Harry menelusuri dari atas hingga bawah sambi tersenyum. Sekarang musim cerpen lagi tampaknya. Kemarin-kemarin puisi merajalela, sekarang tiap hari lebih dari satu cerpen baru muncul. Di baris terbawah matanya terhenti. Senyumnya lenyap.

Forum: Cerita Pendek
Topics: The Aurors From Darkness
Author: Legilimens
Replies: 0
Views: 1
Last Post: Wed Jul 13, 2011 23:37 pm Legilimens

Penasaran, Harry cepat-cepat meng-klik link yang satu itu.

Tercengang.

Baris demi baris, kalimat demi kalimat, bahkan nyaris kata perkata, adalah apa yang ia tulis tadi malam.

-o0o-

Jumat, 15 Juli 2011, 23.15

Legilimens

Matanya masih menelusuri daftar nama dalam 'Memberlist'. Kali ini ia sedang off-line. Ia tersenyum memilih salah satu nama yang ada. Lalu mulai membuka dokumen 'Word' baru, dan mulai mengetik.

Draco Malfoy

Draco membanting tubuhnya ke atas ranjang. Begini ini kalau jadi pengusaha. Waktu ditarik-tarik sana-sini, badan rasanya remuk semua. Besok harus terima tawaran Dad untuk memakai supir, tidak bisa tidak. Paling tidak dengan adanya supir ia bisa mencuri waktu untuk tidur di mobil sementara berkutat dengan kemacetan London tatkala berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Dan energi tidak akan terkuras dengan emosi yang meningkat kalau bersenggolan dengan penguna jalan lain yang—maaf—mungkin menghabiskan dananya untuk membeli kendaraan sehingga terlupa untuk mengalokasikannya bagi pendidikan. Dengan kata lain 'pengemudi kampungan!'

Tapi Draco tidak bisa memejamkan matanya. Diusahakannya untuk tidur, tetapi baris demi baris ide cerita itu terus mengganggu.

Akhirnya Draco tak tahan lagi. Biarin deh, besok bangun kesiangan lagi, yang penting ide cerita ini mesti ketulis.

Demi Forum Hogwarts Chronicles yang sekarang benar-benar sedang nge-hits.

Satu setengah jam lebih berlalu sebelum ceritanya selesai. Cerita tentang seorang Death Eaters yang jahatnya nggak ketulungan, tetapi anehnya tetap saja dikerumuni gadis-gadis.

Selesai menge-save-nya, ia tertidur di depan layar monitor hingga ayam berkokok.

-o0o-


Sabtu, 16 Juli 2011, 14.25

Pertemuan tadi pagi untung saja tidak telat ia hadiri. Draco membuka laptopnya dengan lelah. Capek sih, sebenarnya, kurang tidur, tetapi Draco ingin segera menge-post ceritanya tadi malam.

Layar di hadapannya sudah berwarna keemasan. Draco langsung ke forum Cerita Pendek. Namun ia tidak jadi meng-klik ikon 'new post'. Topik terbaru di bawah topik-topik 'Announcement' dan 'Sticky' menarik perhatiannya.

Topics: An Ungrateful Death Eater
Replies: 0
Author: Legilimens
Views: 3
Last Post: Fri Jul 15, 2011 23:54 pm Legilimens

Genggaman Draco pada mouse-nya sampai terlepas. Bagaimana mungkin! Setiap kalimat, setiap dialog, persis sama dengan apa yang ia tulis tadi malam!

Penasaran, Draco meng-copy paste cerpen itu, memindahkannya ke dalam dokumen 'Word'.

Tools>Word Count

Dan Draco nyaris tak percaya! Jumlah kata, bahkan jumlah karakter hurufnya sama persis dengan karyanya!

-o0o-

Sabtu 16 Juli 2011, 22.43

Legilimens

Kali ini ia baru saja menyelesaikan sepuluh halaman Word. Setelah di-save, ia meng-klik ikon IE dan masuk pada halaman default-nya yang kini diset di Hogwarts Chronicles.

Masuk halaman memberlist, ia mengklik member berikut yang dipilihnya acak dalam daftar. Ia menggerakkan mousenya pada link: 'Find all post by Hermione' dan meng-kliknya.

Sederetan link muncul. Ia memilih salah satu. Untuk beberapa saat matanya menelusuri kalimat demi kalimat di sana. Memilih link yang lain lagi. Membacanya lagi. Begitu seterusnya.

"Got you, Hermione," desisnya, terkekeh.

Sepuluh halaman Word tadi di-post di sub-forum cerpen.

Hermione Granger

Tersenyum Hermione memandang cerpennya yang sudah selesai. Belakangan ini ia punya cukup waktu luang untuk menulis, dan untung saja mood-nya juga cukup bagus. Ia senang sekali, teman-temannya bisa menyukai Forum yang ia rekomendasikan. Bahkan beberapa orang teman yang ia tahu tak pernah suka menulis saat di sekolah, sekarang jadi suka. Dan jadi rajin mengisi forum.

Kali ini ia juga baru saja menyelesaikan sebuah cerpen tentang psikopat yang menutupi perbuatannya dengan profesinya sebagai komedian. Riset yang panjang tentu saja sudah ia lakukan, walau hanya demi sebuah cerpen.

Tak sabar ia menghubungkan laptopnya dengan internet. Melewati halaman default, ia langsung masuk ke bookmark, ke Forum Hogwarts Chronicles. Sekali klik, ia langsung masuk ke sub-forum cerpen—

—tapi gerakan jarinya langsung terhenti.

Di baris paling atas, judul cerpen yang baru saja masuk itu membuatnya menahan napas.

Persis sama dengan judul cerpen yang akan ia masukkan!

Bergegas ia meng-klik link itu. Tak sabar ia menunggu halaman berganti.

Ia benar-benar menahan napas kini.

Kalimat-kalimat yang ada, persis benar dengan apa yang ia ketik baru saja. Persis, bahkan sampai ke titik-koma. Semua data yang ia ketikkan. Semua deskripsi, semua dialog.

Sepertinya ada lima menit ia tak bergerak, hanya memandangi layar monitor dengan nanar.

Bagaimana bisa?



Minggu, 17 Juli 2011, 02.15

Ginny Weasley

“Giiiiiiiiin!” suara membahana itu memenuhi seluruh ruangan.

Tersentak, Ginny langsung mengganti layar monitor yang sedang ia tekuni. Untung sempat, sebelum bossnya—yang tadi memanggil sedari tiba di pintu masuk—sampai tepat di mejanya.

“Eh, i-iya, Boss—“

“Mana artikel yang kau bilang akan kau selesaikan hari ini—“

“Ha-hampir selesai—“

Di kantor tabloid olahraga ini memang tak mengenal kata lembur. Bahkan pekerjaan akan semakin banyak di hari-hari libur, di mana ada banyak pertandingan-pertandingan olahraga diselenggarakan. Siang atau malam. Bahkan dini hari seperti sekarang ini.

Tak sengaja sang Boss melirik monitor, dan terlihat sekilas. Raut wajahnya langsung berubah, merah keunguan—

“Ginevra Weasley! Bagaimana kau bisa menyelesaikan artikelmu, kalau kau hanya memelototi DIA saja!”

Sontak Ginny memandang layar monitor, dan seolah jantungnya lepas!

Bagaimana tidak, dari 10 jendela yang ia buka, hanya satu yang berisi artikel yang sedangia ketik dari tadi, dan 9 jendela lainnya berisi browsingannya tentang Stubby Boardman. Dan gerak cepatnya tadi untuk menutupi halaman Stubby, ternyata bukan dengan halaman artikel, tapi dengan halaman Stubby yang lain lagi—

“Eh, i-iya, Boss, saya selesaikan sekarang—“ dan dengan kecepatan kilat, Ginny mengganti halaman yang terlihat dengan halaman artikel. Mulai mengetik.

Sang Boss mendengus. Tanpa bicara, berjalan lagi keluar.

Begitu sang Boss keluar, Ginny mengganti lagi halaman browsing. Kali ini memang tak ada gambar Stubby, tetapi penuh dengan tulisan.

Forum Hogwarts Chronicles.

Tentu saja, sub-forum Entertainment, thread Stubby Boardman.

Dan sedari tadi, ia terus bingung.

Bagaimana tidak. Ia sudah menyiapkan sebuah artikel, sebuah esai tentang penyanyi Stubby Boardman. Begitu ia sudah akan memuatnya di Forum Hogwarts Chronicles, ia menemukan sebuah artikel yang sama persis dengan artikelnya, sudah termuat. Beberapa menit duluan darinya.

Masih kebingungan, Ginny menyamakan kalimat demi kalimat artikel di Forum dengan artikel yang baru saja selesai ia ketik MsWord. Sama persis! Bahkan, ada satu typo di paragraf kesekian, yang juga sama persis kesalahannya!

Tertegun ia di depan laptopnya—


Minggu, 17 Juli 2011, 08.35

Ron menyelesaikan ketikannya dengan cepat. Melirik jam meja, ia menarik napas lega.

“Untung selesai sebelum deadline, honey!” sahutnya.

Bergegas ia menyambungkan laptopnya dengan internet. Mengetik URL Hogwarts Chronicles, dan meng-klik sub-forum Cerpen. Klik ‘Make New Topic’. Berkutat sebentar, agar semua efek cetaknya nampak: bold, italic, dan sebagainya. Klik ‘Submit’.

Selesai.

Dari dulu, dia tak terbiasa menulis-nulis seperti ini. Tapi, kalau seseorang yang spesial menantangnya untuk menulis, ia harus bisa tentu saja. Dan kini, sebelum deadline, ia sudah menyelesaikan cerpennya. Tentu saja ia harus memamerkannya—

Diraihnya ponselnya, dan dipencetnya satu tombol, speed dial. Ditunggunya sampai beberapa nada panggil, dan terdengar bunyi angkat.

“Ron—“

“Hai, dear! Aku sudah selesai bikin cerpen. Dan sudah kumuat di HC. Coba cek—“

“—bentar—“

Ada beberapa detik sebelum Hermione kembali ke telepon.

“Ron—“

“Bagus kan? Bagus kan? Aku juga bisa menulis kan—“

“Ron, coba kau lihat dulu forumnya—“

“Ada apa?” Ron keheranan. Ia bergerak mendekati laptopnya, dan memeriksa layar yang sedang terbuka.

Dalam list thread yang berbaris, terdapat satu thread judul cerpen kepunyaannya, dan satu thread judul cerpen lagi yang sama persis. Pengarangnya Legilemens. Waktu postnya berbeda lima menit, lebih cepat dari cerpennya—

-o0o-

“Jadi, sebenarnya, apa yang sedang terjadi?” Harry memutar-mutar gelas cocktailnya. Sedari tadi belum diminumnya, hanya diputar-putar saja.

“Aku juga tak tahu. Bagaimana bisa, tulisan yang sama persis dengan tulisan yang sedang kita kerjakan, yang baru saja akan kita muat, sudah termuat juga. Persis sama—“ Hermione mengetuk-ngetukkan pinsil di meja.

“Dan benar-benar sama, bahkan sampai typo yang kuketik juga—“ sambung Ginny.

“Apa hanya cerpen, esai, dan artikel kita saja yang mendapat perlakuan demikian?” tanya Ron.

“Yang aku tahu, kita berempat, dan satu member lagi yang aku tak begitu kenal, Draco—“

“Oh, aku tahu dia. Tapi memang tak begitu kenal,” gumam Ginny, “pernah aku wawancara saat pertandingan sepakbola amatir beberapa bulan lalu—“

“Yang aku herankan, bagaimana bisa? Kalau plagiat, tentu saja yang akan muncul pertama kali itu cerpen kita. Lalu muncul cerpen yang sama persis, biasanya di forum atau tempat lain, dengan nama lain. Nama si plagiator. Hasil copy-paste—“

“Eh, usernamenya sama kan? Yang sudah memuat cerpen kita duluan—“ Ginny menyela.

“Ya, punyaku didahului Legilimens—“ Harry memastikan.

“Punyaku juga—“ Hermione mengangguk.

Ron mengangguk juga.

“Apakah—“ Hermione berbicara pelan, agak berbisik, “—apakah dia membaca pikiran kita, dan memuatnya lebih dahulu sebelum kita bisa melakukannya?” sahutnya horor.

Keempatnya terdiam.

.
.
.
.

“Maaf—“ sesosok jangkung berdiri di sisi meja mereka. Berkostum hitam-hitam, berambut hitam juga, sedang mengeluarkan selembar kartu nama dari saku jubah hitamnya, “—kalau tak salah lihat, walau hanya sekilas, kalian sedang punya masalah?”

Kartu namanya diletakkan di meja.

Severus Snape
Hogwarts 221B
Kantor Detektif

Hermione mendongak, dan memandang sosok asing ini.

.
.
.
.
.
.

“Kalau aku tak salah, yang sedang kalian hadapi ini adalah seorang pembaca pikiran—“ katanya, setelah dipersilakan duduk, dan mendengarkan masalah yang sedang mereka hadapi.

“Pembaca Pikiran? Memang ada?” Ron bertanya agak cengo.

Severus mengangguk. “Legilimens. Seperti username-nya. Hanya saja, yang ini agak istimewa—“

“Istimewa?” Ginny keheranan.

Severus menghela napas. “Biasanya pembaca pikiran harus bertatapan dengan orang yang akan dibaca pikirannya. Menatap matanya, baru bisa masuk ke dalam pikirannya. Dan ia harus orang biasa. Kalau obyeknya ini adalah seorang Legilimens juga, atau malahan seorang Occlumens, maka si Legilimens tak akan bisa membaca pikirannya—“

“Dan si Legilimens ini justru membaca pikiran kami jarak jauh?” sahut Hermione, suaranya agak bergetar.

“Tepat sekali—“

Mereka berempat terdiam sejenak. Saling memandang.

“Apakah—“ Harry memecah kesunyian, “—apakah Anda bisa mencari, siapakah dia? Menangkapnya, kalau perlu? Membuatnya tak bisa membaca pikiran lagi?”

Keinginan yang muluk, pikir Harry, begitu ia selesai bicara, tapi bukankah itu memang yang mereka inginkan?

Severus menghela napas. “Mungkin—“ sahutnya pelan. “—kalau kalian mempercayakan kasus ini padaku—“

Hermione memandang ketiga sahabatnya, sebelum menyahut. “OK. Berapa kami harus membayar Anda?”

Severus menggeleng. “Kalau masalah sudah selesai—“ dan ia berdiri. “Nomor telepon dan alamat emailku ada di kartu itu, jika kalian memerlukan. Nomor telepon atau alamat email mana yang harus kuhubungi?”

Hermione mengeluarkan kartu nama dari tasnya, mencatat beberapa nama di baliknya, dan memberikannya pada Severus. “Itu alamat-alamat email kami, terserah yang mana yang akan Anda hubungi—“

Severus mengangguk, dan melangkah keluar kafe tanpa menoleh lagi.

Hening.

Beberapa menit kemudian, barulah Ginny bersuara, pelan.

“Hermione—apakah itu bijaksana?”

Hermione menghembuskan napas sejenak. “Aku juga tak tahu. Kita bahkan tak kenal dia, tak pernah tahu ada kantor detektif seperti—“ Hermione membolak-balik kartu nama yang ditinggalkan tadi, “—apalagi detektif yang tahu mengenai Pembaca Pikiran—“

Raut wajah Ron semakin seram, “—bagaimana kalau dia sendiri juga adalah Pembaca Pikiran? Coba, bagaimana dia bisa tahu apa yang sedang kita bicarakan?”

Keempatnya saling pandang.

-o0o-

“Yang jelas, dia bukan Legilimens terdaftar—“ sahut seorang wanita berpakaian aneh—jubah hitam, topi tinggi hitam juga—di tengah sekumpulan orang-orang yang juga berpakaian serupa.

“Dan dia sudah berbuat onar, bahkan membawa Legilimency ke dalam pergaulan Muggle—“

Seseorang—berpakaian serba hitam juga, tanpa topi, rambut hitam berminyak membingkai wajah, dengan hidung bengkok—berdiri, menghela napas. “Tiap Legilimens harus terdaftar, setiap perbuatannya membaca pikiran bahkan harus tercatat rapi, bukan tanpa alasan—“

Lukisan yang sama dengan yang ada di Kantor Detektif juga ternyata ada di ruangan ini. Dan orang tua berkacamata itu juga ada di situ. Mengusap janggutnya. Dan mengangguk-angguk. “Karena dia harus mendapat refill baru kekuatannya, kekuatan yang dia pakai untuk membaca pikiran orang—“

Semua orang di ruangan itu mengangguk-angguk.

“Jadi,” si rambut berminyak tadi menyela, “—tindakan apa yang harus kita lakukan?”

Lukisan tadi mengedipkan mata. “Tak ada. Dia sudah membaca pikiran paling tidak lima orang, kalau aku tak salah mendengarkan. Itu sudah masuk ke dalam ambang batas—“

“Ya,” wanita yang tadi menyambung, “—biasanya tiga-empat kali membaca pikiran tanpa di-refill saja sudah membahayakan kehidupan, apalagi ini lima. Rasanya, tinggal membaca saja rubrik Obituari di Daily Telegraph—“

“OK, kalau begitu. Selamat sore—“ dan sosok berambut berminyak itu berjalan menuju pintu.

“Kau tak ingin makan sup bawangnya Mrs. Weasley?” tanya wanita tadi, memotong.

Sosok itu menggeleng, dan meneruskan membuka pintu, keluar, dan menutup pintu.

Lukisan di dinding menghela napas. Lalu menyahut, “—sepertinya aku juga pamit—“ dan ia menghilang dari pigura.

-o0o-

Hermione sedang lembur mengerjakan laporannya, saat sebuah email masuk.

Severus Snape.

Bergegas ia membukanya.

Pendek.

Dear Ms Granger,

Silakan buka halaman iklan obituari di Daily Telegraph besok, juga akan ada di halaman Kriminal. Kematian dengan status tak wajar.

Sincerely
Severus Snape

Tak sabar menunggu fajar menjelang, akhirnya Hermione mendapatkan suratkabar itu pada pukul 06.00 pagi. Di pinggir jalan dekat blok apartemennya. Dan langsung membuka-buka iklan obituari.

Namanya tak penting, tapi Hermione bergidik membaca beritanya di halaman Kriminal. Seseorang ditemukan sudah meninggal. Raut wajah seperti seseorang yang sedang menghadapi sakit kepala yang sangat, hingga pembuluh-pembuluh darahnya menonjol keluar. Matanya melotot. Lidahnya terjulur. Dan seluruh badannya kurus kering, tinggal tulang berbalut kulit, bagai seorang yang habis disedot seluruh dagingnya—

FIN
untuk episode ini


-o0o-

Males ngatur cetakan ah XDD

Wordcount di MSWord: 2893
Akumulasi Wordcount di MSWord: 4478
Akumulasi di CampNaNoWriMo: 4517

Monday, July 04, 2011

Hari ke-3

Hari ke-4 kemarin nggak sempat nulis apa-apa. Bahkan entri hari ke-3 saja baru bisa dipost sekarang ...



*****





“Pro-Profesor Sn-Snape?” gagap Neville. Mendadak ia merosot dan terduduk di sudut, tangannya masih memegang botol semprotan untuk menyiram tanaman.

“Ya,” sahut Hermione pasti, “—jadi Profesor Sprouts dipastikan tidak bisa mengawal kita nanti—“

“Tapi, itu kan hanya kecelakaan kecil, hanya luka kecil di kaki. Minggu depan, saat keberangkatan kita, pasti sudah sembuh. Lagipula, beliau nanti kan hanya mengawasi kita saja, yang ikut seminar kan kita. Biar sambil pake tongkat kan bisa—“

“Aku tidak tahu. Pesan dari Dumbledore begitu,” Hermione duduk di sebelah Neville. “Dan kau tahu? Beritanya belum selesai—“

Neville mengeluh. “Berita apalagi yang bisa lebih buruk dari ini?”

Hermione memandang sahabatnya itu. Pelan-pelan ia menyahut, “Profesor Snape ingin bertemu dengan kita dulu, dengan karya tulis kita, maksudku, nanti malam jam 20.00—“

Mengeluarkan cuitan persis seperti tikus terjepit, Neville mengeluh lagi. “Walau Harry mau meminjamkan Jubah Gaib-nya, kurasa tak akan banyak berguna nanti malam—“

Hermione menepuk-nepuk punggungnya. “Aku juga agak takut, Neville, tapi tetap harus kita hadapi—“

“Bisa tidak kau memutar jam hingga langsung besok pagi?”

“Dan kau tak tahu apa yang terjadi malamnya? Aku tak mau—“

Mengeluh lagi. “Setidaknya kita dipanggil berdua. Aku bisa mati berdiri kalau harus menghadap sendirian—“

Hermione menepuk-nepuk punggungnya lagi.

-o0o-

“Kalau kau bermaksud menulis karya ilmiah, tulislah dalam bahasa ilmiah—“ sahut Severus dingin.

Kalimat pertama yang ia ucapkan begitu kedua siswanya datang memenuhi panggilannya, pukul 19.55 tadi.

“Maksud Anda, kalimat-kalimat yang kami tulis belum memenuhi syarat?” Hermione langsung menanggapi. Sementara Neville membeku di belakang Hermione.

Tanpa banyak bicara, Severus memberi isyarat agar keduanya duduk. Membuka gulungan-gulungan perkamen yang diberikan Albus—kedua siswanya menarik napas panjang. Berarti mereka sebetulnya tak usah membawa lagi karya tulis, toh Profesor Snape sudah punya sudah membaca, dan sepertinya sudah menilainya—ia meletakkan kedua gulungan terbuka itu tepat di hadapan mereka masing-masing. Sudah dicorat-coret dengan tinta merah.

“Ceritakan padaku, apa yang kau ingin sampaikan pada publik nanti—“ sahutnya, menatap keduanya. Karena yang ditatap pertama kali adalah Hermione—lagipula Neville masih dalam proses pemulihan dari membeku-nya tadi—maka Hermione-lah dulu yang membuka mulut.

“Saya—saya ingin memaparkan pada publik, bahwa para peri-rumah itu juga punya hak dan kewajiban. Dan bahwa kita sebagai majikan, sudah seharusnya memenuhi semua hak mereka. Bukan hanya meminta mereka mengerjakan kewajiban mereka saja. Dengan demikian, mereka akan lebih gembira bekerja—“

“Kau tahu, apa yang membuat mereka gembira?” Severus memotong.

“Eh, ... bekerja?” Hermione ragu-ragu.

Severus menunjuk bagian awal tulisan Hermione. “Jangan memandang satu masalah hanya dari satu sudut pandang saja. Apalagi hanya sudut pandangmu sendiri. Apalagi kemudian menggeneralisirnya menjadi suatu sudut pandang umum—“

Hermione terdiam sejenak. “Apakah saya harus membuatnya menjadi dua sudut pandang?”

Kecil saja anggukan Severus. “Kita ingin ‘membuat mereka gembira bekerja’, tetapi menurut siapa? Jika kita memberi mereka lebih banyak cuti, memberi banyak libur, menurut sudut pandang kita, itu membahagiakan mereka, tetapi menurut mereka, itu adalah hukuman. Jadi, buat konsep ‘bahagia’ itu dari dua sudut pandang, tarik cara-cara apa yang mempunyai banyak kesamaan dari kedua sudut pandang, itulah jawaban dari masalah ini—“

Hermione tercenung. “Jadi seharusnya, saya membuat definisi ‘semangat bekerja’ dahulu dari kedua sudut pandang, sudut pandang manusia dan sudut pandang peri-rumah—“

Severus mengetuk sisi perkamen, tepat di tempat Hermione menuliskan ‘Pendahuluan’.

“—lalu menyimpulkan permasalahan, yaitu mencari kesamaan dari ‘semangat bekerja’ menurut kedua sudut pandang—“

Severus mengetuk lagi di tempat Hermione menuliskan ‘Identifikasi Masalah’.

“—menuliskan Hipotesis—“

Severus mengangguk.

“—menuliskan kemungkinan di mana saja bisa menemukan jawaban, riset ulang baik riset kepustakaan dan riset lapangan, dan menuliskan hasil akhirnya?”

Severus mengetuk akhir perkamen beberapa kali, dan perkamen Hermione itu berubah menjadi penuh catatan dengan tinta merah.

Hermione meraih perkamennya, dan membacanya seksama dari awal hingga akhir. “Aku tahu—aku tahu sekarang, mengapa seolah-olah ada sesuatu yang kurang di sini—“

Ia mengangkat kepalanya. “Terima kasih, Sir, saya akan segera memperbaikinya—“

Tanpa banyak bicara, Severus menggeser duduknya, menjadi tepat di depan Neville.


*****


Wordcount di MSWord: 647

Wordcount akumulasi di MSWord: 1585

Wordcount akumulasi di CamNaNoWriMo: 1590

Saturday, July 02, 2011

Hari ke-2

Hogwarts

Severus Snape melangkah pasti dengan kecepatan teratur, mendekati tempat yang ia sudah hapal sepanjang masa. Kantor Kepala Sekolah.

Mengucap kata kunci, menaiki tangga putar, mengetuk pelan pintu yang tertutup, dan menunggu ucapan ‘Masuk’ yang sudah ia kenal benar.

Seperti biasa.

Atau tidak biasakah?

Ia membuka pintu, masuk, dan menutup pintu hati-hati. Berjalan mendekati meja kerja Kepala Sekolah, tanpa bicara. Albus juga sudah hapal itu, karena ia memberi isyarat agar Severus duduk di hadapannya.

Pertanda pembicaraannya akan panjang.

Severus memundurkan kursi sedikit, dan duduk di hadapan Albus. Walau dalam hati bertanya-tanya, tetapi ekspresi wajahnya tetap datar sebagaimana biasanya.

Albus memilih selembar kertas dari tumpukan kertas dan gulungan perkamen di sebelahnya, sebelum akhirnya menemukan satu. Pertanda kertas itu—sepertinya surat—sudah agak lama berada di mejanya. Bukan baru-baru ini saja.

“Aku berharap kau tak akan menolak menerima tugas ini, Severus?” sahutnya.

Alis Severus bertaut.

“Sebetulnya aku sudah menugaskannya pada Pomona, dan ia juga sudah menyanggupinya, tetapi kecelakaan kecil kemarin—“

Severus tahu itu. Kemarin ada kecelakaan kecil di Rumah Kaca saat kelas satu sedang belajar Herbologi, dan Profesor Sprouts terpaksa harus berbaring di Hospital Wings beberapa saat.

Dan mata Albus berkilat sejenak saat Severus menarik napas dan menghembuskannya sekaligus, “—dan tugas apakah itu, Kepala Sekolah?”

“—menggantikannya—“

Ada rasa tak percaya sepertinya, mampir sejenak di benak saat Severus mendengar ucapan Albus. Menggantikan tugas Profesor Sprouts? Tugas se—maaf, meremehkan—mudah itu? Perlu seorang Severus untuk menggantikannya?

“Sepertinya tugasnya mudah,” Albus meneruskan. Sepertinya ia bisa membaca pikiran—atau memang ia sedang membaca pikiran—Severus, dan ia memberikan lembaran surat yang sedang ia pegang pada Severus.

“Kota Bebek, Calisota, Amerika Serikat, akan mengadakan festival-festival, seminar-lokakarya, dan sejenisnya, dalam rangka merayakan Hari Kelahiran Kornelis Prull—pendiri kota itu. Festival besar-besaran, kalau tak salah ingat ini Hari Kelahiran yang ke-200. Atau semacam itulah.”

“Dan kita akan mengirimkan perwakilan—“

“Dan kita akan mengirimkan perwakilan,” ulang Albus. “Secara khusus, kita diundang menghadiri Pameran dan Presentasi oleh salah satu acara dalam keramaian itu, Festival Sihir.”

“Mereka punya penyihir juga?”

“Tidak banyak, Severus, dan itu juga sebagian dari kota-kota tetangganya, ada yang dari Kota Angsa, Kota Tikus, dan sebagainya. Makanya mereka mengundang kita, dan sekolah-sekolah sihir dari berbagai negara di dunia.”

“Dan tadinya Profesor Sprouts yang akan mewakili kita—“ masih ada nada meremehkan dalam alur bicara Severus.

“Bukan,” Albus menggeleng, “Pomona hanya mengawasi. Peserta yang akan mewakili kita adalah siswa, karena itu yang diminta,” Albus menunjuk pada kertas surat undangan yang dipegang Severus tapi belum dibaca olehnya. “Siswa-siswa, dan hasil penelitian mereka—“

Kali ini, ada rasa tak percaya pada ekspresi wajah Severus. Penelitian? Penelitian? Siswa Hogwarts?

“Karya Tulis, dan semacamnya,” Albus meneruskan.

“Dan mereka adalah—“ Severus mengira-ngira siapa yang akan mewakili Hogwarts kali ini.

“Miss Hermione Granger—“

Sudah diduga.

“—dan Mr Neville Longbottom—“

Alis Severus naik lagi. Tapi ia masih belum berkomentar.

“Miss Granger meneliti tentang ‘SPEW dan Pengaruh Keberadaannya dalam Semangat Bekerja Peri Rumah’.” Albus kembali mencari-cari gulungan perkamen di tumpukan di sisi mejanya, “—sedang Mr Longbottom meneliti tentang ‘Mimbulus Mimbletonia, untuk Penangkal ‘Shyness, Anxiety, dan Forgetfulness’’.

Albus menemukan dua gulungan perkamen dan menyerahkannya pada Severus.

Masih tanpa bicara Severus menerima kedua gulungan itu. Membukanya satu demi satu. Membacanya sekilas.

Mengangkat kepalanya, “—kapan?”

“Minggu depan. Keberangkatan dengan cara Muggle—“

Severus mengangguk. Menggulung kedua perkamen, dan menggumam, “Masih ada waktu untuk memperbaiki karya tulis mereka—“

“Aku pikir secepatnya,” sahut Albus mengangguk menyetujui. “Sehabis pelajaran, pukul 20.00 nanti malam?” usulnya.

Severus mengangguk lagi. “Di kelasku.” Ia berdiri, sudah akan berjalan, ketika ia berbalik dan bertanya—nampak seperti tak perlu dijawab, “—sepertinya Anda mengendus bahaya di sini, Albus?”

Kilat kecil muncul di kedua mata Albus. “Kau tahu, Severus. Kau selalu tahu.” Dan ia pun berdiri, mengantar Severus ke pintu, sambil menepuk bahunya, “—hati-hati!”

-o0o-

Wordcount di MSWord: 628
Wordcount akumulasi di MSWord: 938
Wordcount di CampNaNoWriMo: 947

Friday, July 01, 2011

Camp NaNoWriMo, hari ke-1

Oke, NaNoWriMo tahun kemarin gagal total dengan indahnya. Ga usah nyalahin jadi juri IFA ya #nyengir

Dan tiba-tiba aja beberapa hari menjelang Juli, terpampang di depan mata Camp NaNoWriMo. Dan dengan polosnya Ambu ikutan, wahihi! Soalnya, ada dua bulan nih Juli dan Agustus. Juli ini Ambu pengen nyelesein 2 Challenge yang udah ga selesei-selesei dari berapa bulan kemarin, Challenge-nya Sanich Date Becomes Your Fate, dan Challenge-nya ficfan91 20k of Epicness. Dan mesti selesai, nggak kaya' bulan-bulan kemaren yang rencana melulu XDD

Jadi, Ambu masukin 2 Challenge itu untuk materi NaNo. Mungkin malah nambah fanficnya, soalnya seperti biasa targetnya 50K, sedang yang Ambu incer cuma 20K + 3K XD

OK, ini entri hari pertama kemaren:

-o0o-

HARI PERTAMA



Timbuktu

Severus Snape, Hermione Granger, Neville Longbottom kepunyaan JK Rowling, sementara Paman Gober, Donal Bebek, Kwik, Kwek, Kwak, Lang Ling Lung, dan Mimi Hitam kepunyaan Carl Banks

Rating T. Genre Adventure dan Friendship.

Diikutsertakan dalam 20K of Epicness Challenge

-o0o-


Pengantar:

1. Nama-nama dari Kota Bebek yang dipakai dalam fic ini adalah nama dalam terjemahan Indonesia. Jadi:

Kota Bebek (Duck Burg) Ini kota fiksi, tetapi jika ditelusuri, sepertinya berada di pantai Barat Amerika. Berada di Negara Bagian Calisota (California) dan kota nyata-nya Eureka, yang cocok dengan sungai dan hutan di sebelah selatannya.

Paman Gober (Scrooge Duck)
Donal Bebek (Donald Duck)
Lang Ling Lung (Gyro Gearloose)
Lampu (Little Helper)
Pak Pilot (Launchpad McQuack)
Kwik (Huey-
merah), Kwek (Dewey-biru), Kwak (Louie-hijau)
Mimi Hitam (Magica de Spell)
Gagak (Poe de Spell,
saudara Mimi yg berubah menjadi gagak, dan Mimi tidak bisa mengubahnya menjadi bebek kembali)
Kornelis Prull (Cornelius Coot) lahir 1790 meninggal 1880 tanggal lahir tak diketahui. Pendiri Kota Bebek. Hari kelahirannya inilah yang sedang diperingati dengan berbagai Festival dan Seminar, yang dihadiri oleh antara lain Severus Snape, Hermione Granger, dan Neville Longbottom.

Berbagai penyihir lain dari Kota Angsa, Kota Tikus, dll, seperti Hortensia (Witch Hazel), Madam Mik Mak (Madam Mim)

Dalam komik Indonesia, diceritakan bahwa Mimi Hitam selalu mengejar Keping Keberuntungan milik Paman Gober, yang sebenarnya seharusnya diterjemahkan sebagai Keping Pertama. Dalam fic ini, Ambu menerjemahkannya sebagai Keping Pertama.

2. Teori-teori dalam gempa bumi, Ambu kumpulkan dari mana-mana, dari wikipedia, dari blog Dongeng Geologi kepunyaan pak Rovicky, dan bahan kuliah punyanya [at]wadesay, tapi penafsiran teori tersebut dalam fic ini sepenuhnya merupakan tanggungjawab Ambu. Kesalahan-kesalahan sila langsung bebankan pada Ambu.

3. Garis Balik Selatan maupun Utara, Gurun Atacama, dan Timbuktu, Ambu kumpulkan dari wikipedia

Linimasa/timeline yang jelas adalah tahun ke-4 Hogwarts, tetapi di Kota Bebek waktunya tidak jelas.

Oke, keterangan-keterangan yang lain, yang menyusul kemudian, akan Ambu tempatkan dalam catatan kaki. Selamat menikmati!

-o0o-

Wordcount di MSWord: 310

Wordcount di CampNaNoWriMo: 322